Shiny Object Syndrome

0
1248

Sewaktu masih aktif di dunia Internet Marketing, saya sangat sering mendengar istilah Shiny Object Syndrome. Istilah ini sering berseliweran di timeline facebook saya ataupun pada email-email dari “mastah” lokal maupun internasional yang saya ikuti. Walaupun pada saat itu saya belum tahu apa arti dari istilah ini.

Sindrom ini berdasarkan kebiasaan anak kecil akan berlari kesana kesini menghampiri benda-benda yang berkilau dan baru. Saya mempunyai keponakan berumur 20 bulan yang selalu tertarik dengan benda-benda di sekitarnya yang bergerak ataupun berbunyi. Dia akan menghampiri benda tersebut, ketika dia bosan dia akan mencari obyek lainnya lagi dan begitu seterusnya.

Shiny Object Syndrome adalah sindrom distraksi. Sindrom ini semakin sulit kita hindari di jaman internet seperti sekarang ini. Kita berada pada era dimana menemukan informasi tidak sesulit menyaring informasi yang masuk, berbeda dengan jaman orang tua kita. Shiny Object Syndrome membuat kita sulit untuk fokus.

Bagi seorang marketer sangat sulit menahan godaan ketika ada postingan yang menyatakan mudahnya meraih earning dengan menggunakan suatu teknik atau tools terbaru. Sering saya menemukan seorang marketer yang sibuk mengikuti course dan membeli tools terbaru. Pada kenyataannya course yang diikuti tidak pernah dipraktekkan serta tools yang dibeli tidak pernah digunakan sama sekali.

Sindrom ini juga membuat target kita sering berhenti di tengah jalan. Sering kita melihat teknik seseorang kita anggap jauh lebih mudah dan lebih banyak menghasilkan. Setelah kita memutuskan untuk mencoba akhirnya kita menyadari bahwa teknik inipun membutuhkan proses. Target yang sebelumnya gagal, target baru yang dikejar pun akhirnya gagal.

Komitmen dan fokus di bidang yang ditekuni adalah modal dasar kesuksesan.

Shiny Object Syndrome ini juga relevan bagi seorang dokter. Seorang dokter hendaknya mengasah dan memperbaharui ilmu dan pengetahuannya pada satu bidang kedokteran. Dengan begitu dokter akan mampu memberikan pelayanan maksimal kepada pasien jika mampu menguasai suatu bidang.

Saat ini jumlah dokter umum maupun dokter spesialis di kota besar seperti Denpasar sudah cukup banyak. Menurut pendapat saya saat ini menjadi seorang dokter spesialis pun tidak cukup. Kita berada pada era yang mengharuskan kita untuk memberikan pelayanan subspesialistik.

Ilmu kedokteran adalah suatu ilmu yang luas dan berkembang dengan cepat, meskipun dinamikanya tidak akan secepat perubahan algoritma Google dan Facebook. Bagi seorang dokter Neurologi, akan sangat sulit mengikuti perkembangan terbaru diagnosis dan tatalaksana semua subbidang Neurologi. Walaupun tentu kita harus tahu dasar dari masing-masing subbidang tersebut.

Saat ini saya sedang menekuni cabang ilmu Neurologi di bidang Stroke dan Neurointervensi. Bidang ini pun ternyata sangat luas dan menuntut waktu kita untuk fokus di dalamnya. Tanpa fokus dan komitmen yang kuat, akan sangat sulit untuk mencapai tingkatan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah dicapai guru-guru saya.

Dalam perjalanan, godaan untuk menekuni subbidang lainnya tentu akan ada. Apalagi ketika faktor ekonomi yang berperan. Akan tetapi semoga dengan memiliki target yang jelas sedari awal hal-hal seperti ini dapat dieliminasi.

Kepada teman-teman dokter ataupun marketer yang saat ini sedang berjuang, fokus dan berkomitmenlah pada satu bidang yang ingin ditekuni. Saya berharap 10-15 tahun ketika kita membaca ulang tulisan ini, kita dapat membaca kembali dan senyum bahagia tanpa ada penyesalan. Percayalah bahwa proses tidak akan pernah mengkhianati hasil ~