Tahun 2019 akan segera usai, dan ini adalah saat yang tepat untuk merefleksikan apa saja yang sudah terjadi dan tercapai selama setahun ini. Sedangkan pada tulisan ini sendiri saya ingin merefleksikan diri saya lebih jauh kepada hal-hal yang sudah saya alami sejak awal dekade ini.
Saya terlahir dari keluarga yang berkecimpung di dunia ekonomi, tidaklah aneh ketika akhirnya saya menyukai dunia entrepreneurship. Timbul masalah ketika mental saya tidak cocok dengan dunia ini, yaitu sifat pemalu dan cenderung kurang percaya diri.
Bulan Mei 2010 saya berkenalan dengan Anne Ahira di situs www.AsianBrain.com. Beliau adalah salah satu pelopor Internet Marketing di Indonesia. Saat itu saya sangat tertarik dengan tagline di website beliau yaitu “Saya berhasil menjual kuda dari Australia ke Amerika, ketika saya duduk di rumah saya di Bandung hanya dengan bermodalkan internet”.
Internet marketing (IM) adalah ilmu yang mempelajari penggunaan internet untuk memasarkan barang/jasa kita, bahasa awamnya adalah bisnis online. Pada tahun 2010 belum banyak orang yang mengerti ttg hal ini seperti layaknya sekarang. Sekarang rasanya sudah lazim kita melihat orang berjualan menggunakan sosial media seperti instagram ataupun facebook.
Internet marketing sendiri juga banyak cabangnya, misalnya kita bisa mendapatkan uang melalui Pay Per Click (Adsense), affiliate marketing (Clickbank/Amazon/CPA) dan banyak lagi jenis lainnya. Kebetulan waktu itu saya lebih sreg dengan affiliate marketing dan Clickbank.
Saya ingat sekali pada tahun 2010 itu saya masih dokter muda, saya giat-giatnya belajar mengenai internet marketing ini. Saya sering mencuri-curi waktu di sela-sela jaga sebagai dokter muda. Aktivitas ini pun berlanjut hingga saya tamat dokter dan bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Denpasar pada tahun 2012.
Kurun waktu 2012-2014 adalah puncak kesuksesan saya di dunia ini. Saya mampu menghasilkan uang hingga puluhan juta rupiah perbulan dari Internet. Saya berhasil menjual ratusan Ebook ke seluruh dunia hanya bermodalkan Youtube dan Facebook. Slogan sakral anak-anak IM yaitu “Work from Home” benar-benar terbukti.
Medio waktu itu saya benar-benar tidak pernah memikirkan untuk melanjutkan ke jenjang spesialis. Uang yang saya hasilkan berkali-kali lipat dibandingkan gaji saya sebagai dokter di RS Swasta sehingga sering kali saya melepas jadwal jaga saya untuk teman lainnya. Hampir setiap bulan saya traveling ke luar kota untuk jalan-jalan ataupun mengikuti seminar IM.
Saya banyak berkenalan dengan anak-anak muda yang memiliki penghasilan hingga miliaran per bulan. Saya sering bertemu dengan anak-anak muda yang datang ke seminar hanya dengan celana pendek, tetapi memiliki bisnis beromzet ratusan juta/bulan. Bayangkan, hanya dengan modal akun facebook dan kartu kredit kamu bisa mencapai itu semua.
Pada tahun 2014, penghasilan saya mulai menurun. Saat itulah perasaan ragu mulai muncul, apa yakin akan bertahan di bisnis ini seterusnya? Saya merasa stuck dan segala usaha saya untuk meningkatkan penghasilan tidak berhasil. Tekanan dari keluarga untuk segera melanjutkan ke jenjang spesialis mulai muncul. Dan saat itu saya bahkan belum tahu akan melanjutkan ke jenjang spesialis apa…
Dunia affiliate marketing itu adalah dunia yang kejam dan sangat dinamis. Saya akhirnya menyadari bahwa penghasilan teman-teman affiliate marketing saya itu bagaikan ombak. Bulan ini kamu mungkin bisa menghasilkan miliaran, akan tetapi ketika facebook/google/youtube mengganti algoritma mereka penghasilanmu bisa menjadi tidak ada sama sekali.
Tidak setiap orang juga memiliki leadership dan disiplin diri untuk bisa survive long term di dunia ini. Dari sana saya mulai menyadari bahwa saya tidak bisa sepenuhnya menggantungkan hidup saya pada dunia ini.
Akhirnya saya memilih untuk melanjutkan spesialisasi di bidang Neurologi. Banyak yang skeptis dengan pilihan saya ini.
“Jangan pilih Neuro pasiennya sedikit” Kata paman saya yang seorang dokter spesialis
“Ngapain memilih Neuro? memangnya gak ada pilihan lain?” Tanya teman baik saya yang menelpon saya begitu pengumuman penerimaan spesialis keluar
“Program studi mu tidak bergengsi !” Kata teman saya lainnya
“Loh, kamu jadinya masuk Neuro ya? Ga jadi Kardio? Pasti karena ga bisa ya” Celetuk temen lainnya saat bertemu di bangsal rumah sakit
Dua tahun pertama saya menjalani kehidupan pendidikan spesialis penuh dengan kebimbangan. Pindah dari zona nyaman itu benar-benar tidak mudah. Ego saya mengatakan bahwa tanpa perlu melakukan ini semua pun saya masih bisa hidup layak. Berkali-kali perasaan ingin mengundurkan diri dari dunia residen itu muncul.
Salah satu alasan saya memilih Neurologi adalah karena saya menganggap pendidikannya cenderung lebih santai dibanding pendidikan spesialis lainnya sehingga saya dapat tetap berbisnis. Saat itu saya melanjutkan pendidikan spesialis demi status sosial dan memenuhi keinginan orang tua. Pada kenyataannya selama dua tahun itupun bisnis affiliate marketing saya hancur lebur karena saya tidak bisa fokus.
Dan akhirnya jika ingin berkembang lebih jauh kita memang harus memilih. Kita tidak bisa menjadi hebat dan sukses dalam banyak hal. 2017 saya memutuskan untuk berhenti total dalam kegiatan affiliate marketing ini. Berat memang meninggalkan dunia ini, akan tetapi ini adalah pilihan yang memang harus saya pilih.
Dengan berfokus ke Neurologi, saya memang tetap tidak akan menjadi mahasiswa yang terbaik ataupun terpintar selama pendidikan, akan tetapi tujuan dan visi saya menjalani kehidupan menjadi lebih jelas. Saya sudah mulai berpikir langkah-langkah untuk melanjutkan pendidikan subspesialis, walaupun saat itu belum tahu akan melanjutkan kemana.
Saya mengetahui mengenai dunia Neurointervensi sebelum saya memasuki pendidikan spesialis Neurologi. Bahkan saat itu saya sudah beberapa kali membaca artikel mengenai pendidikan Neurointervensi di Zurich.
Akan tetapi saya merasa hal ini adalah angan-angan belaka, mimpi yang terlalu jauh untuk saya gapai. Sama sekali tidak pernah terbayangkan bahwa beberapa tahun kemudian saya pada akhirnya benar-benar akan melanjutkan pendidikan Neurointervensi di Zurich ini, dengan segala kelebihan ataupun kekurangannya.
Memang bukan berarti saya akan sukses begitu saja dalam karir saya karena menempuh pendidikan disini. Akan tetapi saya sangat bersyukur karena tidak setiap orang memiliki keberanian, kesempatan, dan kemampuan ilmu maupun finansial untuk dapat menempuh pendidikan disini.
Seseorang yang memiliki mindset menjadi dokter hanya sebagai sampingan saja, beberapa tahun kemudian menjalani pendidikan subspesialis di salah satu pusat pendidikan Neurointervensi terbaik di dunia. What a turn around !! I’m really blessed and lucky.
Saat ini saya sudah tidak menjalankan lagi bisnis affiliate marketing. Walaupun begitu malam-malam dan hari-hari yang telah saya habiskan untuk mempelajari ilmu internet marketing tidaklah sia-sia. Saya berencana menggunakan bidang ini untuk mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan terutama Neurologi melalui internet. Entah itu melalui website ini, instagram, twitter, youtube dan lain-lain. Banyak hal yang bisa dilakukan.
Sebagai penutup dari postingan yang panjang ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal. Menjadi dokter itu baik, menjadi pebisnis online juga baik yang dibutuhkan untuk mecapai kesuksesan adalah fokus di salah satu bidang tersebut. Kesuksesan itu dapat dimiliki oleh semua orang. Kesuksesan tidak hanya dimiliki oleh spesialisasi ataupun subspesialisasi tertentu. Adalah tugas kita untuk mengembangkan diri dan disiplin ilmu kita sebaik mungkin hingga akhir hayat kita. Niscaya pada akhirnya dengan fokus dan mindset yang benar rejeki akan mengalir dan kita dapat membantu semaksimal mungkin pasien kita karena itulah tugas utama kita sebagai seorang dokter…
Wah angkatan lama ini, salam kenal ya Bang Dokter. Saya juga punya temen Dokter di Bali yang hobi ngeblog juga, namanya blogdokter.net. Tetap semangat Bang.
Salam kenal jg bang Dwi Wahyudi. Iya angkatan lawas Internet Marketer hehehe. Kalau BlogDokter saya tahu tapi tidak pernah bertemu beliau langsung bang. Beliau memang terkenal sih di Twitter.
Sudah lama saya tidak menulis komentar di blog.. Terimakasih tulisannya..
Mungkin agak sedikit berbeda.. Saya freelancer online dan bekerja berdasarkan project.. Antara DP dengan pelunasan.. Waktunya bisa 2-3 bulan.. Itupun klo klien responsif sehingga project ontime.. Artinya untuk membuat dapur tetap ngebul, tiap bulan harus ada project masuk.. Sementara di luar sana harganya sudah banting2an.. Akhirnya memutuskan untuk jualan barang retail yang cashflownya harian.. Alhamdulillah sekarang malah jadi income utama.. Dapat kerjaan freelance dianggap bonus..
Terima kasih atas komentarnya Pak Arief, dan semoga usaha dan rejekinya dilancarkan terus ya pak 🙂
Mekelo sing taken kopdar jeg saget sube kuliah di luar. Semoga sehat dan sukses dengan pilihannya dok.
Siap bli. Nanti saya belajar ngeblog dengan bli ya, mungkin tentang edukasi kesehatan. Semoga sehat dan sukses terus juga bli 🙂
Comments are closed.