Kita semua menyadari bahwa sepakbola adalah olahraga paling populer di dunia. Eropa adalah benua yang memiliki kompetisi sepak bola paling populer di dunia, entah liga lokalnya ataupun liga champions nya. Sebagai penggemar fanatik sepakbola, tentunya traveling menonton pertandingan liga secara langsung memberikan kepuasan tersendiri.
Selama tinggal di Swiss, saya memiliki beberapa kali kesempatan untuk mengunjungi stadion klub Eropa. Saya berkunjung tidak selalu menonton pertandingan, sebagian besar hanya untuk berwisata saja. Dengan melihat langsung stadion saja saya sudah merasa puas. Berikut ini adalah pengalaman saya mengunjungi beberapa stadion selama 1 tahun tinggal di eropa.
Schwarzwald Stadium
Ada yang kira-kira tahu ini stadion milik siapa? Mungkin kalian harus googling untuk mengetahui bahwa stadion ini adalah milik SC Freiburg yang bermain di Bundesliga. Bulan Oktober 2019, saya menonton pertandingan yang mempertemukan SC Freiburg vs Borussia Dortmund. Sebagai supporter Dortmund (Karena Jurgen Klopp tentunya) tentu saya bersemangat ketika diajak untuk menonton pertandingan ini.
Stadion Schwarzwald ini bukanlah sebuah stadion yang besar, terletak di luarkota, dan dikelilingi perumahan penduduk lokal. Stadion ini nampak cukup terawat dan terakhir dilakukan renovasi pada tahun 2004. Saya sempat berkeliling stadion dan mengetahui bahwa di belakang stadion ini terdapat sungai Dreisam yang mengalir dengan begitu indahnya.
Sebagai salah satu tim besar di Bundesliga, tentu banyak supporter Borussia Dortmund yang hadir pada pertandingan ini. Sedihnya adalah saya kehabisan tiket untuk menonton langsung sehingga harus puas menonton dari bar di belakang stadion. Tetapi saya mendapat pengalaman unik lainnya ketika menonton dengan sebagian besar pendukung Freiburg ditemani dengan bir lokal khas Jerman. Pertandingan sendiri berjalan seru dan berakhir imbang 2-2.
San Paolo Stadium
Mungkin nama ini lebih familiar di telinga teman-teman karena stadion San Paolo ini adalah milik klub legendaris Italia, SS Napoli. Saya berkesempatan untuk mengunjungi stadion ini saat menghadiri kongres WFITN di Napoli tahun 2019 lalu. Kebetulan tempat kongres bernama Mostra D’Oltremare letaknya dalam kompleks yang sama dengan stadion ini.
Saya cukup kecewa ketika dari luar stadion ini nampak sangat buruk dan tidak terawat. Untuk ukuran stadion milik klub setenar SS Napoli dengan kapasitas penonton mencapai 55.000 orang stadion ini bahkan tidak lebih baik dibandingkan dengan Stadion Dipta milik Bali United. Secara keseluruhan memang tidak hanya stadion ini, kota Napoli pun nampak kumuh dan kotor.
Fakta yang menarik adalah, tahukah anda bahwa baju dan aksesoris pemain yang paling banyak diperjualkan di sekitar stadion adalah Diego Maradona? Bukan Gonzalo Higuain, Marek Hamsik, Insigne ataupun Cannavaro bersaudara yang merupakan orang asli Napoli. Terakhir kali SS Napoli berhasil menjuarai Serie A adalah lebih dari 30 tahun yang lalu di era Maradona, sehingga tentu dia dipuja bagaikah dewa di kota ini.
Satu hal lain yang sangat disayangkan, Liverpool FC baru saja mengunjungi kota Napoli untuk melakukan pertandingan lanjutan liga Champions. Hal ini terjadi 2 minggu sebelum saya datang ke kota ini. Seandainya waktunya tepat, mungkin saya akan memilih untuk menonton pertandingan tersebut dibandingkan datang ke kongres WFITN hehe.
Artemio Franchi Stadium
Setelah kongres WFITN berakhir, saya sempat mengunjungi beberapa kota lainnya di Italia. Salah satu kota yang saya kunjungi adalah kota Florence yang letaknya jauh di utara dari kota Napoli. Kota ini terlihat jauh lebih indah dibanding kota Napoli, karena memang kota ini merupakan pusat renaissance pada jaman dahulu.
Saya dan teman-teman berada di kota ini selama 2 hari 1 malam. Kami tinggal di sebuah penginapan dormitory yang tidak disangka berjarak sangat dekat dengan stadion Artemio Franchi ini, hanya berkisar 500 meter. Stadion ini adalah kandang klub Fiorentina yang sangat terkenal di era Gabriel Batistuta.
Stadion ini dari luar tidak begitu besar tetapi memiliki bentuk yang unik. Mungkin ini adalah bagian dari seni kota Florence ini sendiri karena memang mengelilingi kota ini serasa berada di dalam museum. Stadion ini juga bersih dan rapi, jauh dari kesan kumuh ala San Paolo.
Saya mendapat tawaran dari teman saya yang tinggal disana untuk menonton langsung pertandingan Fiorentina vs Lazio. Sayangnya pertandingan ini dimulai cukup malam yaitu pukul 21.00 sedangkan saat itu jadwal bus saya untuk kembali ke kota Zurich adalah pukul 23.00. Dengan berat hati tawaran tersebut saya tolak karena waktu yang tidak memungkinkan ini.
Red Bull Arena
Saya mengunjungi kota Leipzig ketika bertamu ke rumah teman yang bekerja sebagai peneliti disini. Kota ini memiliki sebuah klub kontroversial yang bernama RB Leipzig. Mengapa kontroversial? Karena klub ini dianggap sebuah klub instan dan alat marketing dari produk minuman Red Bull.
RB Leipzig dianggap merusak tatanan klub-klub tradisional lainnya di Jerman yang lebih mementingkan sisi olahraga dibandingkan uang. Klub ini baru terbentuk pada tahun 2009, memulai kompetisi dari divisi lima kemudian promosi setiap tahun hingga mencapai Bundesliga. Bahkan tahun lalu klub ini sukses mencapai semifinal Liga Champions, sebuah prestasi yang hebat untuk ukuran klub seumur jagung.
Red Bull Arena terletak di pinggiran kota Leipzig. Saya mencapai stadion ini menggunakan tram dari rumah teman saya menempuh perjalanan selama 20 menit. Stadion ini nampak belum terlalu lama dibangun dan setelah saya cek memang terakhir direnovasi pada tahun 2004.
Red Bull Arena merupakan satu satunya stadion bekas wilayah Jerman Timur yang menjadi tuan rumah World Cup 2006. Saya hanya bisa melihat stadion ini di pintu bawah Main Gate karena sedang proses renovasi. Saya mengambil foto sejenak disini dibantu oleh seorang wanita penduduk lokal setempat yang ketika saya minta bantuannya mengatakan “I will do anything for RB fans”. Vielen Dank 🙂
PreZero Arena
Pada satu hari yang cerah saya ditelp kerabat saya bahwa saya akan diajak menonton pertandingan antara Hoffenheim vs Bayern Munchen. Kali ini tiket sudah dipesankan dari jauh jauh hari agar kejadian kehabisan tiket kemarin tidak terulang. Saya memang bukan fans fanatik Bundesliga, tetapi menonton langsung sebuah liga dengan kualitas top di dunia tentunya membahagiakan saya.
PreZero Arena adalah stadion yang masih baru milik klub TSG Hoffenheim. Stadion ini pertama kali dibuka pada tahun 2009. Bisa dikatakan bahwa stadion ini adalah stadion paling megah diantara semua stadion yang saya kunjungi di Eropa. Sebelum menonton pertandingan kami memesan sosis dan bir untuk dibawa kedalam stadion dan memang diperbolehkan asalkan makanan dan minuman tersebut selesai makan dibuang di tempatnya.
Sebelum pertandingan dimulai, tentu ada sesi pemanasan terlebih dahulu. Saya sangat excited mendapati bahwa saya dapat melihat langsung pemain-pemain sepakbola top dunia seperti Coutinho, Thiago Alcantara, Müller, Manuel Neuer, dan banyak lagi lainnya. Di bangku ofisial juga saya melihat ada legenda hidup Munchen dan Jerman yaitu Oliver Kahn.
Pertandingan yang saya harapkan seru ternyata berakhir sebagai parade kualitas Muenchen yang jauh dibanding klub Bundesliga lainnya. Pertandingan berjalan berat sebelah dengan skor akhir kemenangan telak Munchen 6-0. Mantan idola yang menjadi pengkhianat (Coutinho) berhasil mencetak 2 gol.
Kontroversi terjadi ketika pertandingan dihentikan pada menit 70 karena supporter Muenchen membentangkan spanduk dan mengeluarkan teriakan kasar kepada Dietmar Hopp, pemilik TSG Hoffenheim. Walhasil sejak menit ke 70 hingga selesai, para pemain di lapangan hanya melakukan pertandingan seremonial akibat kerusuhan yang ditimbulkan supporter Muenchen ini. Sebuah akhir anti klimaks untuk pertandingan Bundesliga pertama yang saya tonton.
Johan Cruyff Arena
Last but not least adalah stadion Johan Cruyff Arena. Johan Cruyff adalah tokoh legendaris di dunia sepakbola, baik sebagai pemain ataupun pelatih. Beliau adalah salah satu peletak dasar Total Football yang diterapkannya di Ajax, Barcelona, dan Timnas Belanda.
Ketika pulang ke Indonesia, saya harus transit selama 26 jam di Amsterdam. Walhasil saya menyempatkan diri untuk berkeliling berwisata ke beberapa obyek di dalam kota. Orang normal mungkin akan menganggap aneh tetapi berkunjung ke stadion yang merupakan kandang klub Ajax Amsterdam merupakah keharusan bagi saya.
Dari bandara, saya menggunakan kereta menuju stadion ini. Stadion ini juga nampak megah dengan foto Johan Cruyff terpampang besar di salah satu sisi stadion. Saya menyempatkan diri berkeliling sendirian di stadion sebelum meminta bantuan orang sekitar untuk mengambil foto.
Inilah seluruh stadion yang saya kunjungi selama setahun tinggal di Eropa. Semoga suatu saat saya bisa kembali lagi, tidak hanya berkunjung saja tetapi mudah-mudahan bisa menonton langsung pertandingannya.