Sedikit Cerita tentang Prof. Yasargil dan Prof. Valavanis

0
552

Prof. Gazi Yasargil dan Prof. Anton Valavanis. Kedua nama ini adalah nama besar di bidangnya masing-masing. Keduanya sama-sama bekerja di RS yang sama yakni University Hospital of Zurich. Keduanya juga bekerja di gedung yang sama Gedung Nord 1 USZ, bahkan lantai yang sama yakni lantai C.

Pertama-tama mari kita berbicara tentang Prof. Gazi Yasargil. Sebuah nama yang sangat dikenal oleh sejawat neurosurgery. Prof. Yasargil dikenal sebagai pionir di bidang microneurosurgery terutama kasus-kasus serebrovaskular. Beliau mengembangkan bidang teknik microneurosurgery untuk tatalaksana aneurisma dan avm yang secara signifikan memperbaiki luaran klinis pasien.

Salah satu kontribusi beliau yang paling signifikan terhadap neurosurgery adalah inovasi “Klip Aneurisma Yaşargil”, alat khusus yang dirancang untuk memblokir aliran darah ke dalam aneurisma. Penemuan ini, bersama dengan dokumentasinya yang mendetail tentang anatomi serebral dan promosinya tentang penggunaan mikroskop bedah berhasil merevolusi bidang microneurosurgery.

Kontribusinya di lapangan diakui oleh banyak institusi, yang membuatnya menerima beberapa penghargaan bergengsi. Pada tahun 1999, ia dinobatkan sebagai “Pria Abad Ini” oleh Kongres Neurosurgery atas kontribusinya di bidang neurosurgery.

Menghadiri Bypass 50th Conference di Zurich

Berbeda dengan Prof. Yasargil, Prof. Valavanis adalah seorang neurointerventionist dengan latar belakang neuroradiologi. Beliau adalah guru dan mentor langsung dari Prof. Shakir Husain, seorang neurologist dari India yang merupakan mentor generasi pertama neurointerventionist di Indonesia. Jadi dapat dikatakan Prof. Valavanis adalah kakek guru, dan kakek-kakek guru dari neurointerventionist Indonesia.

Beliau terkenal dengan “Zurich Philosophy” filosofi yang digunakan oleh beliau untuk menangani kasus-kasus serebrovaskular, terutama kasus-kasus AVM. Berbeda dengan perkembangan neurointervensi dewasa ini yang bergeser kearah device oriented, Zurich Philosophy menitikberatkan pada pemahaman fungsional anatomi dalam penanganan kasus-kasus serebrovaskular.

Beliau merupakan founding father dari World Federation of Interventional Neuroradiology (WFITN) dimana beliau merupakan presiden pertamanya. Suatu ketika Prof. Shakir pernah berbicara bahwa kami fellow-fellow Zurich harus bangga, karena saat itu kami sedang duduk di ruangan tempat Prof. Valavanis beserta kolega-koleganya merancang dan membentuk organisasi WFITN.

Saya ingin berbagi sedikit cerita ketika saya berkesempatan menghadiri seminar Bypass 50th year di Zurich. Prof. Yasargil tidak dapat menghadiri acara secara langsung, jadi sesi beliau adalah sesi online dari rumah beliau di Turki. Prof. Yasargil dalam sambutannya, kalimat pertama yang beliau katakan adalah

“Kepada Valavanis, saya tahu kamu pasti ada di ruangan itu semoga kamu dalam keadaan sehat selalu”

Dari kejauhan saya memandang nampak Prof. Valavanis sontak berdiri dan bertepuk tangan sambil memandang ke arah layar.

Dua individu ini tentunya sama-sama melakukan penanganan penyakit serebrovaskular, bersaing satu dengan lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Tidak terhitung mungkin sudah berapa waktu yang dihabiskan oleh mereka untuk berdiskusi dan berdebat satu dengan lainnya terkait penanganan yang terbaik untuk pasien. Pada akhirnya mereka berdua berhasil membawa disiplin ilmu mereka berkembang ke arah yang lebih baik.

Saya tidak tahu dengan detil bagaimana hubungan personal antara dua orang hebat ini. Tetapi makna yang saya tangkap dari momen tersebut adalah adanya rasa hormat yang besar dan mungkin kerinduan antara dua individu ini. Seberapapun bersaingnya anda, jika tujuan akhir yang dicari adalah penanganan yang terbaik kepada pasien, tentunya anda akan tetap dihormati oleh orang lain.

Ketika saya sedang pendidikan fellow di Zurich, kedua individu hebat ini sudah memasuki masa pensiun. Prof. Yasargil, saat ini sudah berusia 90an tahun memilih untuk tinggal di negara asalnya di Turki. Sedangkan dunia neurointervensi baru saja berduka karena ditinggal selama-lamanya oleh salah satu pionirnya Prof. Valavanis, beberapa bulan yang lalu akibat sakit yang sudah lama dideritanya. Apapun itu, jasa dan legacy beliau tentunya akan tetap dijaga dan dilanjutkan oleh murid-muridnya.

Rest in Peace, Prof. Valavanis.